Senin, 28 April 2014

Download Contoh Soal Psikotes dan Jawabannya

Contoh Soal Psikotes dan Jawabannya semoga artikel berikut dapat membantu anda dalam mengerjakan soal untuk - Download Soal Psikotes juga Tips Cara Mengerjakan Dengan mempelajari soal psikotes yang akan dipublikasikan disini, maka teman-teman diharapkan akan mampu dan berhasil dalam berbagai tes dilingkup penerimaan kerja, baik untuk psikotes masuk Bank, psikotes masuk POLRI, Psikotes masuk CPNS, ataupun untuk psikotes masuk di berbagai lembaga swasta lainnya.


Memang tidak dapat dipungkiri bahwa soal-soal psikotes yang bisa kamu dapatkan secara gratis disini masih memiliki banyak keterbatasan, yaitu keterbatasan dalam jumlah soal. Namun demikian soal-soal ini patut untuk didapatkan, sebab hal kecil yang diperbuat tentunya akan lebih bermanfaat dari pada tidak pernah berbuat sama sekali, dan sebagai solusi untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian psikotes, maka sebagai alternatif adalah mempelajari soal-soal yang akan dipublikasikan kepada kamu disini, lagian gratisan kok.. he..he..he

Adapun contoh soal psikotes dan jawabanya yang dipublikasikan ini terdiri dari beberapa soal, yaitu mencakup tentang:

1. Contoh soal psikotes gambar dan jawabanya
2. Contoh soal psikotes matematika dan jawabanya
3. Contoh soal psikotes Antonim dan jawabanya
4. Contoh soal psikotes koran dan jawabanya
5. Contoh soal psikotes deret dan jawabanya
6. Contoh soal psikoteslogika angka dan logika formil
7. contoh soal psikotes wartegg, dan
8. Tips-tips dan kiat sukes mengerjakan berbagai soal psikotes

Soal psikotes ini yang tersedia di download memang dalam bentuk file RAR, tetapi bila file RAR sudah di ekstrak, maka didalamnya akan terdapat soal-soal psikotes dalam format PDF dan juga soal psikotes yang berformat doc.

Untuk mendapatkan soal psikotes berserta jawabanya secara lengkap, maka teman-teman dapat langsung melakukan download contoh soal psikotes beserta jawabannya melalui link yang tersebut dibawah ini:

Download Contoh Soal Psikotes dan Jawabannya

Jumat, 25 April 2014

Observasi Museum I La Galigo



FORT ROTTERDAM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Laporan Penelitian Di Benteng Rotterdam Makassar” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah fungsi Rotterdam makassar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam  tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun . Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang  membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

 Makassar, 01 April 2014


PENULIS



 
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................                           i
DAFTAR ISI.....................................................................                              ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang……………………………………………..                                   1
B. Tujuan Penetian …………………………………………….                                  2
C. Manfaat Penelitian…………………………………………..                                  2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Dekskripsi Umum tentang Museum  La Galigo……………..                   3
B. Dekskripsi Umum tentang objek yang ditemukan…………...                                 5
C. Hubungan La Galigo tentang objek yang ditemukan ( senjata, rumah adat,....        5
BAB III PENUTUP A.Kesimpulan…………………………………………………  18
B. Saran………………………………………………………    18
C.DaftarPustaka…………………………………………….      19


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Fort Rotterdam atau Benteng Rotterdam Makassar (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Rotterdam Makassar ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan. Nama asli benteng ini adalah Benteng Rotterdam Makassar, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Rotterdam Makassar diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur. Di kompleks Benteng Rotterdam Makassar kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.


B.        Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menjadikan museum La Galigo sebagai new museum yaitu museum yang memberikan pemahaman akan identitas budaya kepada seluruh masyarakat Sulawesi Selatan.

C.        Manfaat Penelitian
1. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu contoh dari penerapan ilmu permuseuman, terutama mengenai peranan museum dalam memberikan pemahaman tentang identitas sebuah provinsi.

2. Bagi Museum La Galigo, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar acuan dalam menentukan pendekatan ekshibisi yang mampu menggambarkan identitas budaya Sulawesi Selatan. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan evaluasi terhadap strategi kebijakan yang telah dilaksanakan di museum ini.




BAB II
PEMBAHASAN

A. Dekskripsi Umum tentang Museum  La Galigo
1. Sejarah Museum La Galigo
                Benteng Rotterdam Makassar dibangun oleh Raja Gowa ke IX Daeng Matare Karaeng Manguntungi Tumapa’risi’ Kallonna dan diselesaikan oleh putranya Raja Gowa X Imanriogau Bontokaraeng lakiung Tonipallangga Ulaweng dengan konstruksi tanah liat pada tahun 1545. Atas perintah Raja Gowa XIV Imangerangi Daeng Manrabia (Sultan Alauddin) pada tahun 1634 tembok benteng diperbaiki dan menambah material batu karang, batu padas, dan batu bata menggunakan kapur dan pasir sebagai perekat. Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan. Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur sampai saat ini benteng Rotterdam digunakan untuk perdagangan dan dijadikan sebagai tempat wisata prasejarah,selain itu Benteng Rotterdam dijadikan kantor pemerintah yakni Pusat Kebudayaan Makassar, Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar. Salah satu obyek wisata yang terkenal disini selain melihat benteng serta museum Lagaligo adalah menjenguk ruang tahanan sempit Pangeran Diponegoro saat dibuang oleh Belanda sejak tertangkap ditanah Jawa. Di benteng ini pernah di jajah oleh pasukan belanda, untuk memperluas daerah kekuasaannya karena kerajaan gowa memliki rempah-rempah yang banyak, Setahun lebih benteng digempur oleh Belanda dibantu oleh pasukan sewaan dari Maluku, hingga akhirnya kekuasaan raja Gowa disana berakhir. Seisi benteng porak poranda, rumah raja didalamnya hancur dibakar oleh tentara musuh. Kekalahan ini membuat Belanda memaksa raja menandatangani "perjanjian Bongaya" pada 18 Nov 1667 Di tempat ini juga Pangeran Diponegoro dipenjara. Luas Benteng Rotterdam Makassar adalah 28.595,55 meter bujur sangkar, dengan ukuran panjang setiap sisi berbeda, serta tinggi dinding berfariasi antara 5-7 meter dengan ketebalan 2 meter. Benteng Rotterdam Makassar mempunyai lima buah sudut (Bastion), yaitu :
-          Bastion Bone terletak di sebelah barat
-          Bastion Bacam terletak di sudut barat daya
-          Bastion Butan terletak di sudut barat laut
-          Bastion Mandarsyah terletak di sudut timur laut
-          Bastion Amboina terletak di sudut tenggara

 
B.            Dekskripsi Umum tentang objek yang ditemukan
Museum ini memiliki koleksi sebanyak kurang lebih 4999 buah yang terdiri dari koleksi prasejarah, numismatik, keramik asing, sejarah, naskah, dan etnografi. Koleksi etnografi terdiri dari berbagai jenis hasil teknologi, kesenian, peralatan hidup dan benda lain yang dibuat dan digunakan oleh suku Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Museum juga memiliki benda-benda yang berasal dari kerajaan-kerajaan lokal dan senjata yang pernah digunakan pada saat revolusi kemerdekaan.

1. Sepeda dan Bendi
Tidak hanya peralatan tradisional nelayan yang terpanjang di ruangan ini anda pun dapat melihat bendai, Sepeda ataupun Dokar, koleksi Perangkat pertanian Tadisional yang terdapat dalam useum lagaligo ini adalah bukti sejarah peradaban bahwa sejak jaman dahulu bangsa indonesia khususnya masyarakat Sulawesi Selatan telah dikenali sebagai masyarakat yang bercocok tanam. Mereka menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian terutama tanaman padi sebagai bahan makanan pokok.




2. Alat-alat Tradisional Perikanan dan Kelautan
Pada bangunan lain Museum Lagaligo anda akan menjumpai koleksi Perangkat Tradisional para pelaut dan nelayan bugis Makassar terdapat replika Perahu Pinisi yang terkenal sampai ke manca negara berbagai jenis peralatan nelayan untuk mengkap ikan yang umumnya masih dapat dijumpai dalam kehidupan masyrakat pesisisr hingga saat ini.



 3. Peralatan Berlayar



4. Koleksi Peralatan Tenun TradisonaL

Dari koleksi Peralatan Tenun Tradisional ini, dapat diketahui bahwa budaya menenun di Sulawesi Selatan diperkirakan berawal dari jaman prasejarah, yakni ditemukan berbagai jenis benda peninggalan kebudayaan dibeberapa daerah seperti leang - leang kabupaten maros yang diperkirakan sebagai pendukung pembuat pakaian dari kulit kayu dan serat - serat tumbuhan-tumbuhan. Ketika pengetahuan manusia pada zaman itu mulai Berkembang mereka menemukan cara yang lebih baik yakni alat pemintal tenun dangan bahan baku

5. Koleksi Peralatan Menempa Besi dan Hasilnya
Jika anda ingin mengenali lebih jauh tentang sisi lain dari kehidupan masa lampau masyarakat Sulawesi Selatan, maka anda dapat mengkajinya melalui koleksi tradisional menempa besi, Hasil tempaan berupa berbagai jenis senjata tajam, baik untuk penggunan sehari - hari maupun untuk perlengkapan upacara adat.

6. Koleksi Mata Uang
Didalam Museum Lagaligo terdapat koleksi mata uang yang pernah beredar dan berlaku di indonesia yakni pada masa klasik Hindu Budha pada abad ke -5-15 masa Islam pada abad 13. masa Kolonial abad ke 16. masa Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945.

7. Koleksi Keramik
Diruangan Koleksi Keramik terdapat berbagai jenis keramik kuno dari berbagai dinasti seperti Dinasti Sung abad 13-14 Dinasti Swaton abad 16-18, Dinasti cing abad 17-19, Dinasti Yuan terjan abad 14-16, Dinasti Annamese abad 14-16 Keramik - keramik ini berasal dari China, Vietnam, Thailand ,Siam dan Jepang.



C. Hubungan La Galigo tentang objek yang ditemukan ( senjata, rumah adat, dll ) 

1.            Museum La Galigo (Gedung No. 10) Fort Rotterdam
Museum yang pertama berdiri di Sulawesi Selatan adalah Celebes Museumpada tahun 1938, didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda di kota Makassar sebagai ibukota Gouvernement Celebes en Onderhoorigheden (Pemerintahan Sulawesi dan Daerah Taklukannya). Kepala Museum adalah Tuan Ness. Celebes Museum bertempat di Benteng Ujung Pandang (Fort Rotterdam), menempati bekas gedung kediaman Laksamana Cornelis Speelman, yaituGedung No.2. Koleksi diperoleh dari sumbangan masyarakat dan hasil penggalian, diantaranya berbagai jenis keramik, mata uang, beberapa buah destar tradisional Sulawesi Selatan, dan piring emas. Menjelang kedatangan Jepang di kota Makassar, Celebes Museum telah menempati tiga gedung, yaitu Gedung No.2, Gedung No.5, dan Gedung No.8. Koleksi di Gedung No.5 berupa alat-alat pertukangan kayu, jenis perahu, dan alat-alat pertanian, serta koleksi etnografi dari emas.Koleksi di Gedung No.8 berupa alat permainan rakyat; alat dapur seperti periuk, belanga, dll; alat musik, berbagai jenis tombak. Pada masa pendudukan Jepang, kegiatan museum terhenti, dan mulai dirintis kembali oleh para budayawan setelah pembubaran Negara Indonesia Timur (NIT).Museum berdiri kembali pada tahun 1966meski tidak dalam status resmi. Koleksi diperoleh dari sumbangan para budayawan, berupa gelang perak, mata uang kuno, pakaian adat pengantin, keris dan badik. Ditambah koleksi dari Yayasan Matthes, Yayasan Pusat Kebudayaan Indonesia Timur, dan milik Inspeksi Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan. Empat tahun kemudian, dengan surat keputusan Gubernur (1970), museum secara resmi berdiri dengan namaMuseum La Galigo. Selanjutnya melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1979), nama museum berubah menjadi Museum La Galigo Propinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun 1988, Direktur Jenderal Kebudayaan melalui Direktur Permuseuman Jakarta mengeluarkan keputusan tentang penyeragaman nama museum negeri tingkat provinsi seluruh Indonesia, yaitu mendahulukan nama provinsinya masing-masing kemudian diikuti nama lokalnya. Dengan demikian sekali lagi museum berganti nama menjadi Museum Negeri Propinsi Sulawesi Selatan La Galigo. Di era otonomi, melalui surat keputusan Gubernur (2001), nama museum diganti menjadi UPTD Museum La Galigo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Selatan.
µ    Penamaan Museum La Galigo
Museum Sulawesi Selatan ini diberi nama ‘La Galigo’ atas saran seorang seniman, dengan pertimbangan nama ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. La Galigo adalah salah satu putra Sawerigading Opunna Ware, seorang tokoh masyhur dalam mitologi Bugis, dari perkawinannya dengan WeCudai Daeng Risompa dari Kerajaan Cina Wajo. Setelah dewasa, La Galigo dinobatkan menjadi Pajung Lolo (Raja Muda) di Kerajaan Luwu, pada abad ke-14. ‘La Galigo’ juga nama sebuah karya sastra klasik dalam bentuk naskah tertulis bahasa Bugis yang terkenal dengan nama Surek La Galigo, dengan panjang 9.000 halaman, dan La Galigo sendiri dianggap sebagai pengarangnya (note: studi mengungkapkan kemungkinan penulisnya adalah perempuan bangsawan), pada masa yang sezaman dengan Kerajaan Sriwijaya. Isinya mengandung cerita-cerita, tatanan, dan tuntunan hidup orang Sulawesi Selatan dulu, seperti sistem religi, ajaran kosmos, adat-istiadat, bentuk, dan tatanan masyarakat/pemerintahan tradisional, pertumbuhan kerajaan, sistem ekonomi/perdagangan, keadaan geografis, dan peristiwa penting yang pernah terjadi. Naskah ini biasanya dibacakan secara berlagu kepada pendengarnya. Khusus ceritera tokoh Sawerigading, tidak hanya dikenal di daerah Bugis saja, tetapi dapat dijumpai dalam bentuk ceritera lisan di Makassar, Toraja (note: Toraja adalah dataran tinggi, sehingga cukup mengejutkan berkembangnya epos berlatarbelakang bahari di sini), Mandar, Massenrempulu, Selayar, Sulawesi Tenggara, dan Tengah.
Beberapa tokoh yang pernah mengulas Surek La Galigo antara lain Stamford Raffles, B.F.Matthes, R.A.Kern, dan A.Zainal Abidin Farid. Hasil pengkajian ilmuwan ini, diperoleh kesimpulan berikut (Buku Petunjuk UPTD Museum La Galigo, 2008):
1.      Sebagai sastra suci, menceritakan tentang cikal-bakal orang Bugis yang sakti dan dimuliakan. Oleh sebab itu naskah La Galigo mereka layani dan hormati seperti menghormat tokoh ceritera didalamnya. Dengan sikap dan pandangan demikian ini, La Galigo melaksanakan fungsi sebagai penawar keresahan menghadapi ancaman penyakit, bencana alam, dan kematian, juga sebagai pelindung ancaman kebahagiaan hidup.
2.      Sebagai Sastra Berguna atau Sastra Normatif, berisi petunjuk tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan; berbagai tatacara kehidupan sehari-hari, mulai dari peristiwa kelahiran, pijak tanah, perkawinan, hingga urusan kematian dan adat beraja-raja. Dengan demikian ia melaksanakan fungsi sebagai pendorong terciptanya integritas sosial dengan keluarga raja sebagai intinya, dan pendorong terciptanya stabilitas sosial, serta kelestarian pranata sosial budaya.
3.      Sebagai sastra indah, berisi ceritera petualangan, percintaan, dan peperangan yang memikat dan menegangkan dalam irama dan gaya bahasa yang menawan. Dengan kedudukan demikian naskah ini berfungsi sebagai alat penghibur, penggugah emosi, dan imaji pengikat, pembina kompetensi dan apresiasi sastra di kalangan masyarakat.
Dengan kedudukan dan fungsi tersebut di atas ‘Surek La Galigo’ dapat bertahan melampaui masa yang panjang dan menjadi warisan serta kebanggaan dari generasi ke generasi.
µ     Susunan Penataan Pameran
Gedung No.10, terletak di sebelah selatan, terdiri dari tiga lantai dengan susunan penataan pameran sebagai berikut (Ruang 3-5 di Lantai II):
             Ruang 1 (Kebaharian): peta topografi, suku bangsa Sulawesi Selatan; miniatur perahu pinisi, patorani, palari, bahan pembuatan perahu, dll
             Ruang 2: bagang, roppong, alat penangkap ikan; perahu lambo, palari, bendi, dll
             Ruang 3 (Teknologi Tradisional): alat pertanian tradisional; lesung dari Raja Tolo Jeneponto; alat pengolahan sagu, gula merah, alat rumah tangga, musik tradisional anjong bola, dll
             Ruang 4 (Tenun Tradisional): alat penempaan besi dan hasil-hasilnya; alat proses pembuatan benang, lungsi; perangkat tenun tradisional; berbagai hasil tenunan dan pakaian adat Sulawesi.
             Ruang 5 (Pakaian Pengantin dan Pelaminan): pakaian pengantian adat suku bangsa di Sulawesi Selatan; pelaminan
             Ruang 6 (Wawasan Nusantara): pakaian adat Sulawesi Utara, Tengah, Kalimantan Timur, Sumatera Barat, dll; panah dan patung dari Papua; pakaian adat Jawa dan Bali, dll; lukisan Syekh Yusuf, tasbih, dll

µ        Koleksi Pakaian Nusantara
Pada salah satu ruangan dalam, Museum LA galigo, terdapat koleksi pakaian pengantin adat dari beberapa suku dan daerah indonesia. Koleksi religius dipenghujung jelajah kita dimuseum La Galigo, kita akan berada dalam suatu ruangan yang yang menyimpan berbagai koleksi yang kental dengan islam, mulai dari potret para tokoh islam, Al-quran, tasbih dari masa permulaan masuknya ajaran islam di Sulawesi Selatan. 


Rumah Speelman  (Gedung No.2)
Tata Pameran Museum La Galigo
Pameran tetap di Museum La Galigo disajikan di Gedung No.10 yang terletak di sebelah selatan dan Gedung No.2 sebelah utara dalam Kompleks Benteng Ujung Pandang.Dari pintu gerbang Benteng, Gedung No.2 terletak di sebelah kiri.
Gedung No.2, pada masa Hindia Belanda, adalah kediaman Laksamana Cornelis Speelman. Setelah Makassar, Speelman masih memimpin beberapa ekspedisi militer, sebelum kembali ke Batavia pada tahun 1677. Pernah menjabat sebagai Presiden Dewan Kotapraja (1678) yang bersidang tiga kali seminggu di Balai Kota Batavia (sekarang Museum Sejarah Jakarta), sebelum akhirnya menduduki jabatan Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1681-1684).
Kediaman Speelman di Gedung No.2 sekarang difungsikan sebagai ruang pameran Museum La Galigo, dengan item koleksi sebagai berikut (Ruang 7-10 di lantai dua, Ruang 11-12 di lantai bawah tanah):
• Ruang 1     : Maket Benteng Ujung Pandang, benda-benda/bahan bangunan benteng, peta lokasi benteng Kerajaan Gowa, foto-foto Gedung yang dpugar
• Ruang 2     :Lukisan prasejarah, alat batu prasejarah, koleksi arkeologi
• Ruang 3     : koleksi dari masa prasejarah, lukisan, sistem penguburan megalitik
• Ruang 4     : gudang
• Ruang 5     : koleksi numismatika dan arkeologi
• Ruang 6     : koleksi etnografi
• Ruang 7     : koleksi Kerajaan Sawitto; Kerajaan Wajo, Mandar, dan Tana Toraja; foto-foto pahlawan nasional dan Sulawei Selatan
• Ruang 8     : koleksi Kerajaan Luwu
• Ruang 9     : koleksi Kerajaan Bone
• Ruang 10   : koleksi Kerajaan Gowa
• Ruang 11   dan Ruang 12        : keramik asing dan peta lokasi penemuan keramik asing di Sulawesi Selatan



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fort Rotterdam atau Benteng Rotterdam Makassar (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke IX yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke XIV Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti dengan sedimen endesit. Museum yang pertama berdiri di Sulawesi Selatan adalah Celebes Museum pada tahun1938, didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda di kota Makassar sebagai ibukotaGouvernement Celebes en Onderhoorigheden (Pemerintahan Sulawesi dan Daerah Taklukannya). Kepala Museum adalah Tuan Ness.


B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca  pada umumnya.

C. DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.pustakasekolah.com/museum-la-galigo-benteng-rotterdam.html#ixzz2x1MauCmD
2. http://destindonesia.com/2013/12/03/koleksi-budaya-dan-sejarah-sulawesi-selatan-di-museum-la-galigo/
3. http://www.museumindonesia.com/museum/5/1/Museum_La_Galigo_Makassar